Friday, 22 January 2010

Meninggalnya Napi di Lapas Abe, Disesalkan

23 Januari 2010 06:44:36
CEPOS
Mulai Tahun ini Akan Ditempatkan Seorang Dokter di LapasJAYAPURA-Meninggalnya seorang Narapidana (Napi) di Lapas Abepura dua hari lalu rupanya sangat disesalkan oleh Kepala Kantor Wilayah Hukum dan Ham Papua Nazaruddin Bunas,SH,MH. ”Kami juga sangat menyayangkan kejadian itu,” tukasnya kepada Cenderawasih Pos, Jumat (22/1) kemarin.Pihaknya mengatakan, sebenarnya Menteri Hukum dan HAM sudah menandatangani MoU dengan Menteri Kesehatan di Jakarta yang ingtinya menyepakati bahwa apabila ada Napi maupun tahanan yang sakit, maka akan diobati secara gratis di rumah sakit, tentunya dengan pengawalan yang ketat.”Jadi sebenarnya atas dasar itu tidak ada alasan bagi Kalapas untuk tidak merujuk tahahan yang sedang sakit ke rumah sakit,” katanya. Nazaruddin juga mengakui, memang fasilitas kesehatan di lembaga permasyarakatan masih sangat minim, termasuk di Lapas Abepura. Meskipun di sana ada dua tenaga perawat dan ada ruang klinik, tetapi tetap saja masih kesulitan ketika pasien atau Napi harus dirawat inap. ”Ini terkait dengan siapa yang akan menjaga Napi ketika ia harus dirawat di rumah sakit karena petugas jaga di Lapas masih sangat terbatas,” katanya.Kalau hanya tahanan, kata dia, mungkin masih bisa meminta bantuan aparat kepolisian, tetapi kalau yang sakit adalah Napi, maka sangat sulit mencari penjaganya karena minimnya petugas Lapas. ”Kita harapkan kalau bisa ada rumah sakit seperti di Rumah Sakit Polri di Jakarta yang bisa merawat tahanan dan Napi,” ujarnya.Hanya saja di Papua hal itu masih sulit diwujudkan, sehingga kalau ada yang sakit mau tak mau kalau dokter memerintakan rawat inap bagi Napi yang sakit maka harus tetap dirawat, meskipun dengan penjagaan yang minim.Tetapi, kata Nazaruddin, dalam tahun ini, pihaknya sedikit lega karena sudah ada dokter yang bertugas di Lapas Abepura. ”Sudah ada dokter yang bertugas di Lapas Abepura, sekarang dia tinggal tunggu SK-nya dan kalau SK sudah ada dia akan segera bertugas,” katanya. Dokter tersebut, kata dia, awalnya memang enggan karena persoalan struktur organisasi atau karier. Sebab karier seorang dokter yang bertugas di Lapas memang sulit berkembang. Sebab dokter tersebut tidak mungkin menjadi Kalapas karena berada di bawah Kepala Seksi Bina Anak Didik, padahal dia dokter. “Sehingga tak heran kalau dokter tersebut juga pada awalnya menolak, tetapi setelah diberikan penjelasan akhirnya mau juga,” paparnya.Dan salah satu persoalan yang menguak di Lapas Abepura kemarin adalah tahanan yang protes tentang pelayanan kesehatan. ”Minggu lalu saya sudah ke LP dan temukan ada Tapol yang sakit TBC, dan saya perintahkan dirawat dan dirujuk ke rumah sakit atau dirawat ke klinik,” katanya. Dikatakan, sebenarnya peristiwa meningggalnya Napi di Papua sangat sedikit bila dibanding LP lain di luar Papua seperti di Jawa Timur yang dalam setahun Napi yang meninggal mencapai 106 orang. Namun ia berharap hal itu tidak terjadi di Papua. Karena itu, pihaknya berharap tidak ada orang yang diabaikan di lembaga dan untuk itu juga, pihaknya sudah memanggil Kalapas Abepura. ”Mungkin dalam waktu dekat ini kami akan berkunjung lagi ke sana,” ujarnya. Soal apakah ada upaya peningkatan pelayanan kesehatan Lapas ke depan, Bunas hanya mengatakan bahwa hari ini ia menerima instruksi dari Menteri Hukum dan HAM tentang keperhatinannya kepada Lapas yang ada. ”Untuk itu kami semua diminta untuk trurun ke lapangan untuk melihat kenyataan di Lapas dan diharapkan dan harus sering melakukannya. Agar dari seringnya dilakukan kontrol ini dapat didengarkan keluhan – keluhan sehingga bisa dilakukan upaya – upaya perbaikan ke depan,” tandasnya.(ta/dni/fud) (scorpions

No comments: