Wednesday, 22 July 2009
Mencegah Jatuhnya Korban Penembakan di Papua
Neles Tebay
Akhir-akhir ini, Papua menjadi daerah yang sering terjadi penembakan. Korban pun berjatuhan. Rakyat Papua sudah merasa bosan, bahkan jenuh mendengar berita tentang penembakan. Sejumlah kasus yang terjadi, beberapa minggu terakhir, seperti pada Minggu (12/7), penembakan di Kabupaten Mimika, tepatnya di jalan raya yang menghubungkan Kota Timika dan Distrik Tembagapura di mana PT Freeport Indonesia mengeksploitasi emas dan tembaga. Penembakan oleh orang yang tidak dikenal itu menewaskan dua orang dan melukai enam lainnya.
Sebelumnya, Sabtu (11/7), terjadi penembakan di jalan raya yang sama dan menewaskan seorang warga negara Australia. Pihak TNI menduga kelompok dari Tentara Pembebasan Nasional/OPM di bawah pimpinan Kelly Kwalik yang melakukannya. Sementara, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan.
Di Kabupaten Yapen, kontak senjata terjadi dua hari (10 dan 12/7) antara pihak kepolisian dan kelompok TPN/OPM di bawah pimpinan Erich Manitori. Sebelumnya, tiga anggota TPN/OPM menderita luka tembak dalam kontak senjata dengan aparat gabungan polisi dan TNI di Distrik Poiway pada 2 Juli.
Di Enarotali, ibukota Kabupaten Paniai, pada 30 Juni, seorang warga sipil tewas dan tiga lainnya menderita luka serius, karena ditembak. Di Kota Nabire, 25 Juni, seorang warga sipil, Melkianus Agapa tewas ditembak.
Sehari sebelumnya (24/6) di Kabupaten Puncak Jaya, seorang anggota Brimob Briptu (Anm) Achmad tewas ditembak oleh kelompok bersenjata yang tak dikenal. Penembakan terjadi sekitar 50 meter dari Pos TNI 754 di Kampung Katoba, Distrik Tingginambut. Sebelumnya (22/6), Izak Psakor (16) menderita luka serius karena ditembak di Distrik Arso Timur, Kabupaten Kerom. .
Mengamati sejumlah peristiwa di atas, tampak jelas bahwa pihak yang menjadi korban penembakan bervariasi antara masyarakat sipil, anggota Brimob, dan WNA. Berbagai peristiwa penembakan menimbulkan pertanyaan: Apakah Papua sudah dijadikan arena penembakan? Apa yang dikejar sebagai sasaran akhir dari semua peristiwa penembakan? Apakah semua peristiwa penembakan mempunyai kaitan atau berdiri sendiri? Diharapkan, pihak kepolisian mengidentifikasi para pelaku penembakan, menemukan motif dan sasaran akhir.
Solusi
Selain membongkar misteri di balik berbagai aksi penembakan, saya melihat ada hal penting untuk dipikirkan bersama oleh para stakeholders di Papua dan Jakarta, bagaimana mengakhiri berbagai penembakan ini secara damai dan mencegahnya agar tidak terulang.
Solusi yang tepat menuntut pemahaman yang benar tentang penyebab dari peristiwa penembakan. Diagnosis yang keliru akan melahirkan solusi yang tidak tepat. Dan pemaksaaan solusi yang keliru akan memperkeruh dan memperumit masalah. Maka diperlukan suatu cara yang tepat untuk memahami persoalan yang sebenarnya, agar dapat menemukan solusi yang tepat.
Perlu ditegaskan, berbagai peristiwa penembakan bukan karena Papua kekurangan jumlah petugas keamanan. Sekalipun jumlah petugas ditambah, penembakan masih berlangsung.
Sejak Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus untuk Provinsi Papua mulai diimplementasikan, diperkirakan jumlah anggota TNI di Papua bertambah banyak. Indikasi penambahan ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah Korem, pembentukan sejumlah Kodim baru seiring kebijakan pemerintah yang mendirikan kabupaten-kabupaten baru, pendirian beberapa Batalion Infanteri (Yonif), penambahan pasukan di batalion lama, dan penambahan pos-pos keamanan sepanjang daerah perbatasan dengan Papua Nugini (PNG).
Berbagai peristiwa penembakan, entah siapa pun pelaku dan korban, hanyalah percikan-percikan dari satu hal, yakni konflik Papua yang belum dituntaskan secara menyeluruh. Konflik ini melibatkan dua pihak, yakni Pemerintah Indonesia dan orang asli Papua. Selama kedua belah pihak memandang satu sama lain sebagai musuh, dan selama hubungan diantara mereka diwarnai oleh sikap saling mencurigai dan tidak saling percaya, selama itu pula konflik Papua akan terus melahirkan berbagai percikan dalam bentuk aksi kekerasan. Artinya, aksi penembakan akan terus terjadi dan korban akan terus berjatuhan selama konflik Papua belum dituntaskan secara menyeluruh.
Peristiwa penembakan di Papua, akhir-akhir ini, mengirimkan pesan kepada pemerintah, terutama kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bahwa konflik Papua masih harus diselesaikan secara menyeluruh dan tanpa pertumpahan darah untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban pada masa depan.
Penulis adalah Pengajar pada Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Fajar Timur, Abepura, Papua
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=9333
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment